Bisa berbicara Bahasa Inggris dengan baik dan benar mungkin justru tidak banyak membantu apabila pengen survive di negara ini. Soalnya, logat orang-orang di sini kalo bicara Bahasa Inggris, ancur lebur! Seperti perang Iran-Irak! He..he.. Dan, tata bahasanya, juga ngaco abis!
Karena membantu Bapak dalam berbisnis, dan bernego dengan para pelaku bisnis yang notabene orang asing dengan Bahasa Inggris agak-agak ’ngaco’, maka bekal Bahasa Inggris saya yang emang juga udah pas-pas-an, ditambah dengan lafal saya yang masih banyak dialek Sunda dan Betawinya semakin memperkeruh suasana.. he..he..
Sebut saja, kalo misalnya mo membicarakan jumlah bilangan, instead ngomong fifty-two thousand and three hundreds untuk 52.300, malah yang ada mereka ngomongnya, ”Five, two, three, o, o..,” Saya sampe jadi ngitung pake jari-jari lagi persis kayak taon pertama saya masuk TK! Demi mengartikan kalimatnya supaya bisa dicerna ke dalam otak saya..
Belum lagi akhir-akhir ini saya kebanyakan baca buku-buku berbahasa Inggris yang nyastra sekali gaya bahasanya.. semacem novel Jane Austen, Virginia Woolf.. dan, sukseslah gaya bahasa saya pas nego sama rekan-rekan bisnis Bapak saya penuh dengan bunga-bunga seperti kata-kata ’circumstance’ yang simpelnya adalah ’condition’, atau ’indeed’ yang simpelnya ’really’, ato juga ’delicate’ yang simpelnya ’good’. Jadi, saya bener-bener sukses bikin rekan-rekan bisnis Bapak saya terbengong-bengong kayak sapi ompong! Dikira, ”Ni anak lagi jadi aktor untuk drama-drama klasik ato lagi nego sih?” He..he..
Ternyata gaya bahasa gitu juga digunakan di toko-toko di negara itu. Ini juga bikin Ibu saya jadi keder. Soalnya, dia naksir tas merek ’gentong’ yang kondang gulindang itu diseantero dunia. Di Jakarta, merek itu bisa berharga sampe.. hmm.. puluhan juta kali. Pas dia liat di sono, iseng-iseng dia nanya ke pramuniaganya, yang disambut dengan jawaban, ”One one two dollars,” Langsung dong Ibu saya berlari ke arah saya dengan panik, ”Eh.. eh.. gila deh! Tas ”gentong”, 112 dollar!”
Saya yang memang selalu penuh dengan kecurigaan.. langsung menuju ke pramuniaga dan nanya dengan clear, ”How much is the price for this bag?” Pramuniaganya njawab, “One one one two dollars!” Saya bales, “One thousand?” Dia jawab, “Yes!” Langsung saya melotot ke Ibu saya. Tau gak Ibu saya ngomong apa? “Yee, salah dia tuh. Ngomongnya gak jelas. Gue pikir ‘One One Two Dollars!’,” Well, I really couldn’t imagine that if my mom would have taken that bag.. jangan-jangan kita sekeluarga mesti jadi TKI di Arab untuk nebus utang kredit card kita gara-gara beli tas itu.. he..he..
Sebenernya gak usah jauh-jauh sampe ke sono sih, miskomunikasi bahasa seperti itu juga pernah terjadi pas saya di Jakarta, sekitar taon 97. Waktu itu saya lagi manggung di salah satu acara musik jazz, yang kebetulan disitu bakal tampil salah satu violis jazz wanita terkenal (orang Indonesia) di taon 80-90-an, bersama suaminya yang berkebangsaan Belanda. Suaminya ini adalah pemaen piano, yang kebetulan malem itu gak bawa keyboard. Jadi, dia bermaksud untuk minjem keyboard saya yang kebetulan stayed on the stage for that night.
Karena dia gak ngerti cara make fitur yang ada keyboard saya, makanya dia nanya-nanya saya tentang gimana cara mengoperasikan keyboard saya. Waduh, berhubung Bahasa Inggris kami berdua pas-pas-an, ditambah dialek Sunda saya masih kental banget waktu itu, maka kalimat-kalimat seperti, “This (sambil nunjuk tombol), for maximizing the volume. Nah, eta tah (bahasa Sundanya ‘itu’, sambil saya nunjuk tombol di ujung), for choosing the rhythm.. For balancing the volume of this (sambil nunjuk tuts nada, soalnya saya gak ngerti apaan ya bahasa inggrisnya.. he..he..), use that (sambil nunjuk ke ujung kiri).. you just control this and that and that and this (sambil menunjuk-nunjukkan jari dari ujung barat sampe ujung timur) with your feeling.. for good.. you know?”
Nah, anehnya, dengan Bahasa Inggris ala tarzan saya seperti itu, dia ngerti looooh. Toh, langsung dia cetak-cetek tombol keyboard saya, dan ternyata suara keyboard saya.. jadi OK juga ditangannya.
Hmm.. I think.. we don’t need to have a good understanding in foreign language..
But.. we really need to know how to use our telepathy in the proper way instead.. ;P
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2008
(29)
-
▼
Juni
(8)
- VACATION (8): TERNYATA UNTUK HAL ITU PUN.. KITA MA...
- VACATION (7): SEBENARNYA INDONESIA LEBIH BAGUS, TA...
- VACATION (6): BIAR BANYAK YANG GAK MINAT JADI MILI...
- VACATION (5): PUBLIC TRANSPORTATION IN THAT COUNTR...
- VACATION (4): BOOKS & READING..
- VACATION (3): CAN’T TALK IN A FOREIGN LANGUAGE? JU...
- VACATION (2): WANNA HAVE A BEST RESULT? LEAVE YOUR...
- VACATION (1): PRIDE & PREJUDICE..
-
▼
Juni
(8)
About me..
- The Heart is A Lonely Hunter
- I've been passing time watching trains go by.. All of my life, lying on the sand watching seabirds fly.. wishing there would be, someone's waiting home for me..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar