Seperti yang saya jelaskan di atas, saya dan istri saya juga tidak begitu mengerti bagaimana awal timbulnya rencana kami untuk mengunjungi Singapore pada hari pertama CNY 2011. Bagi istri saya, kunjungan ke Singapore ini adalah kunjungan pertamanya ke luar negeri, sehingga ia tidak terlalu perduli tentang kapan sebaiknya kunjungan ke Singapore dilakukan. Sementara bagi saya, kunjungan ke Singapore sudah saya lakukan pada Natal dan Tahun Baru 1995 (seminggu full), pada bulan Juni tahun 1998 (seminggu full), after new year tahun 2004 (cukup 3 hari), dan pada bulan Juni tahun 2008 (5 hari). Saya belum pernah mengunjungi Singapore pada saat CNY, sehingga untuk kali ini, saya putuskan jadwal kunjungan ke Singapore jatuh pada hari pertama CNY 2011.
Sepertinya memang ilham saya selalu datang terlambat. Pada saat saya melakukan seluruh booking transportasi dan akomodasi di Singapore untuk hari pertama CNY 2011 sampai 4 hari kedepannya, saya tidak melakukan browsing apa pun untuk mengetahui kondisi Singapore pada saat itu. Tiba-tiba saja sekitar dua minggu sebelum keberangkatan, saya tergelitik untuk mengetahui program wisata apa saja yang dimiliki Singapore selama hari pertama sampai 4 hari ke depan di CNY 2011. Uraian yang saya dapatkan dari proses googling pun rata-rata memberikan result yang sama, “Imlek hari-H di Singapore, kayak kota mati.” Malahan ada yang lebih parah lagi, “Warning: Do not go to Singapore on the H-day of CNY. All big department stores are closed during H and H+1!”
I was sooo speechless at that time..
Tiket dan akomodasi sudah dipesan, ditambah dengan kondisi akan pergi seorang diri di hari H dan H+1 on CNY (karena istri baru berjanji akan datang di malam hari on H+1), dan indikasi kota Singapore terbilang sepi on those days, yah, mau bilang apa lagi? Me-reskedul tiket flight dan akomodasi jelas akan memakan biaya tambahan yang lebih besar lagi. Ya sudahlah, akhirnya toh saya niatkan untuk tetap pergi di hari-H dengan penerbangan jam 9.00 waktu Jakarta dan dijanjikan akan tiba di Changi pada jam 12.00 waktu Singapore.
Mendarat di Changi, saya sudah mempersiapkan mental untuk menerima kondisi kota mati. Yang ada ternyata seluruh resto, cafe dan duty free shop di sana penuh sesak dengan banyak orang. Saya sempat bingung juga, oh, mungkin karena banyak orang kota yang justru datang ke Changi untuk pulang ke kampungnya bertemu sanak saudara masing-masing. Saya hampir mengira dugaan saya benar, ketika berada dalam MRT dari Changi ke tempat penginapan saya di Orchard. Suasana MRT-nya sepi sekali.
Namun, kembali saya menjadi ragu-ragu setelah melihat di stasiun Tanah Merah (interconnection dari Changi menuju ke pusat kota), penumpang mulai tumpah ruah memenuhi MRT. Saya kembali berpikir, mungkin ini adalah penduduk yang hendak bersilaturahmi ke rumah kerabat di kota yang sama. Dan, ketika berhenti di stasiun Orchard, hipotesis saya gagal total untuk diterima. Orchard penuh sesak dengan manusia! Ketika saya berjalan kaki menuju tempat menginap di Lucky Plaza, jalanan di Orchard itu benar-benar jauh dari definisi ‘sepi’.
Memang, departement store yang besar semacam Tangs dan si legendaris Takashimaya di Nge Ann City tutup selama dua hari (H dan H+1). Namun, 50% mall di Orchard Road itu tetap beroperasi. Paragon, Far East Plaza dan Ion misalnya, tetap buka. Beberapa store di dalamnya pun tetap buka, seperti Miu-Miu, Prada dan Burberry di Mall Paragon (tapi ya dompet saya yang susah terbuka untuk brand-brand seperti itu, hehehe). Restoran-restoran juga masih banyak yang berjualan. Dan seperti biasa, Lucky Plaza tetap ramai dengan blue collar worker dari Filipina. Saya malah sempat menghabiskan waktu sampai jam 21.00 untuk menggiatkan kegiatan perekonomian nasional di toko CD-DVD ‘HMV’ (mall 313) dan toko buku Borders di Wheelock Palace.
Hari kedua pun juga sama. Orchard masih ramai. Saya mencoba untuk melangkah lebih jauh ke daerah Suntec Mall dan Raffless City Link Mall, termasuk ke Marina Mall. Sepi sih memang. Tidak seramai di Orchard. 70% toko-toko di mall-mall tersebut tutup. Namun, beberapa restoran chinesse dan american fastfood tetap buka. Carefour si ritel besar pun juga tetap beroperasi, dan memberikan kegiatan kepada saya untuk memeriksa sale buku-buku up to 70% (buku-buku anak-anak, fiksi, dan social sciences) yang ditawarkannya.
Sekitar jam 15.00 saya mencoba untuk pergi ke kawasan Little India dan Serangoon Plaza yang terkenal dengan Mustafa Department Store-nya. Wah, kata ‘sepi’ sepertinya tidak dikenal di kawasan ini pada hari ke-1 CNY 2011. Ya memang sih, saya bisa pastikan 70% pengunjungnya adalah bangsa rumpun tamil (India, Bangladesh, Pakistan, Srilangka), yang di kota Medan umumnya disebut dengan ‘kaum keling’. Tentunya, semakin membuat saya yang berkulit kuning ini menjadi seperti mutiara di tengah-tengah tanah hitam, hehehe. Kawasan Orchard pun juga masih tetap ramai pada jam 21.00 ketika saya pergi ke bandara Changi (yang juga masih tetap ramai pada jam itu) untuk menjemput istri saya dari Jakarta..
Jadi, Singapore sepi on CNY? Ah, jangan terlalu percaya dengan kabar burung lah..Percaya lah pada burung milik sendiri atau pun milik pasangan masing-masing saja, hehehe..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2011
(9)
-
▼
Februari
(8)
- Singapore on CNY 2011 (8): Bunuh Diri demi.. Brand...
- Singapore on CNY 2011 (7): Singapore.. Indonesia c...
- Singapore on CNY 2011 (6): Berbicara dan Bergerak ...
- Singapore on CNY 2011 (5): Hunting Buku, CD dan DV...
- Singapore on CNY 2011 (4): Universal Studio? Just...
- Singapore on CNY 2011 (3): Mustafa ya Mustafa..
- Singapore on CNY 2011 (2): CNY di Singapore Sepi? ...
- Singapore on CNY 2011 (1): Bekerja demi Sesuap Nas...
-
▼
Februari
(8)
About me..
- The Heart is A Lonely Hunter
- I've been passing time watching trains go by.. All of my life, lying on the sand watching seabirds fly.. wishing there would be, someone's waiting home for me..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar