TOILET!
He..he..
Yes! Toilet! Ruangan yang dapat berukuran relatif kecil mau pun besar tersebut, menurut saya memegang peranan penting dalam sendi-sendi kehidupan di mana pun. Anda bisa bayangkan kan? Bila Anda berada di dalam kantor sekitar 8 jam sehari, setidaknya Anda pasti akan menggunakan toilet tersebut minimal sekitar 2-3 kali dalam sehari.
Dalam kasus saya.. malahan frekuensinya bisa melebihi sholat lima waktu! He..he..
I remember, dulu saya tidak terlalu perduli tentang hal yang satu ini. Namanya juga baru lulus S1, dan punya prinsip “Yang penting dapet kerjaan, deh.” Maka, dalam setiap sesi job test atau interview di mana pun, toilet di kantor yang bersangkutan tersebut luput dari pertimbangan saya.
When I was accepted company X, I felt irritated with its toilet. Agak susah untuk melukiskannya. Tidak terlalu kotor, namun tidak juga bersih. But aromanya agak-agak unpleasant, dan kebetulan model keramik dan tools lainnya (WC, keran, hanging pispot) juga tidak sesuai dengan hati saya. Selama ini saya baru mampu untuk menggunakan toilet di company X itu untuk cuci tangan dan buang air kecil. Lebih dari itu? Gak kebayang! Ngerti dong maksudnya.. he..he..
So, untuk yang berikutnya, sebelum saya memutuskan untuk mengatakan YES ke company Y, saya buru-buru memeriksa toilet-nya terlebih dahulu. Well, it’s not bad. Kebetulan juga company Y itu adalah tenant di salah satu bangunan terjangkung di Jakarta. Jadi, bisa dipastikan kualitas toilet-nya ya harus representatif punya dong. Dan di Company Y itulah saya baru dapat melakukan ‘lebih dari sekedar buang air kecil’ dengan nyaman.. he..he..
Toilet sih boleh cocok, tapi sayangnya gaji dan fasilitas gak cocok.. ;P Jadi, pada saat company Z menawarkan job yang lebih prospektif menurut saya, buru-buru saya ambil, sialnya tanpa mempertimbangkan faktor toilet tadi, yang kemudian saya baru tahu ternyata toilet company Z itu mirip-mirip dengan company X, tapi sedikit lebih baik. Hmm.. jangan-jangan mesti pindah kantor lagi nih.. he..he..
Entah Company Z itu bisa membaca pikiran saya atau tidak, ternyata 3 bulan kemudian Company Z memutuskan untuk pindah kantor ke salah satu gedung di Jl. Sudirman. Sumpe, toilet-nya sih OK banget. Kran wastafel-nya memakai sistem scan tangan, sehingga gak memubazirkan penggunaan air, keramiknya juga ciamik punya. Tappiiii, kok di WC-nya hanya ada.. tissue? Tanpa shower?!! Jadi, kalau hendak ‘lebih dari sekedar buang air kecil’, saya terpaksa harus mencari-cari cara untuk menadahkan air di keran untuk dibawa ke dalam bilik WC entah dengan menggunakan gelas atau botol bekas aqua, dan yang terakhir saya malah beli ember dengan gayung pribadi, yang emang saya bawa kalau saya hendak ‘begitu’. Untungnya di lantai tersebut seluruhnya disewa oleh Company Z, jadi setidaknya saya gak akan dianggap cleaning service berdasi dengan bawa-bawa ember dan gayung segala oleh pegawai dari kantor lain. Kalau teman-teman di Company Z sih udah apal dengan kelakuan saya ;P
Jangan-jangan, karena Company Z tidak dapat menyediakan toilet yang adequate untuk kebutuhan saya, makanya saya akhirnya terdampar hingga sekarang (setelah melewati proses tes rekrutmen selama 1 tahun!) di kantor ini. Toiletnya? Di bagian saya sih OK BANGET! Tidak mewah, namun cukup comfy, aromanya juga good, dan persediaan air berlimpah ruah. Rutinitas pagi hari pun terasa berjalan sangat lancaaarr.. He..he.. Waduh, jangan-jangan emang disinilah perhentian saya karena toilet-nya udah pas banget nih!
But, masalah mulai timbul kalau saya sedang mengadakan perjalanan dinas ke cabang-cabang di kantor saya yang sekarang. Biasanya 1 kali perjalanan dinas minimal memerlukan waktu 10 hari untuk berdiam di satu kota tersebut. Misalnya seperti di kantor cabang kota ‘B’, begitu ‘serangan alam’ mulai menunjukkan tandanya.. saya buru-buru lari ke hotel (yang terletak di sebelah kantor cab. ‘B’) dengan upaya ‘penahanan’ yang maksimal! Soalnya saya yakin gak bakalan ‘konsen’ dengan toilet di kantor itu. Jadi, lebih baik agak jauh sedikit tapi ‘aman’. Hanya saja, kalau seperti ke kantor cabang ‘M’, ‘L’, ‘S’, ‘J’ dan ‘Y’ yang toilet-nya rada-rada tidak memenuhi spesifikasi saya dan letaknya jauh dari hotel, terpaksalah saya ‘menyesuaikan’ diri dengan ‘toleransi maksimal mode on’. Biasanya sih memejamkan mata dikit, atau mengalihkan ke hal-hal lain, atau mempercepat proses supaya jangan terlalu lama ada di dalam toilet! He..he..
So, should there be any chance for me to be the top management of one enterprise/institution someday, you’ll bet I’ll locate a proper budget to maintain nice restrooms for all employees.
It’s a promise..
;P
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2008
(29)
-
▼
November
(8)
- DRIVING MISS DAISY OR DRIVING MISS "CRAZY"?
- ONE FACTOR YOU SHOULD CONSIDER BEFORE ACCEPTING TH...
- BETWEEN EAST & WEST, DOES MOM REALLY KNOW THE BEST?
- BEAUTY, BRAIN & BEHAVIOUR (Suatu Studi Komparatif :P)
- THE SOUND OF (LEARNING) MUSIC
- THE RIGHT TIME TO TELL YOUR KIDS ABOUT S_X
- 8 HOURS OR NOT 8 HOURS, IS THAT A QUESTION?
- 30s, SUCCESS and BEING SINGLE, WHAT'S WRONG WITH T...
-
▼
November
(8)
About me..
- The Heart is A Lonely Hunter
- I've been passing time watching trains go by.. All of my life, lying on the sand watching seabirds fly.. wishing there would be, someone's waiting home for me..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar