Dan, dalam satu kesempatan karena mungkin dia begitu jengkel dengan nasibnya, pada saat membaca koran, langsung lah dia berujar, “Indonesia ini gimana sih? Saling nyalah2in mulu kerjaannya! Pemerintah bilang kalo BI meningkatkan suku bunga, katanya meredam inflasi namun mempersulit sektor riil dan mempersulit tersedianya lapangan kerja, tapi kalo suku bunga diturunin, inflasi meningkat walau pun sektor rill bergerak dan membuka banyak lapangan kerja. Sementara BI bilang harusnya pemerintah yang pinter-pinter menggerakkan sektor rill tanpa harus melalui media penurunan suku bunga. Ini gimana sih, Mas? Mas ngerti ekonomi kan?”
Oh God, why is this happening to me again? Hehehehe..

Nah, masalahnya banyak analis ekonomi berpendapat bahwa penentuan suku bunga dari BI itulah yang cukup berperan untuk menggerakkan sektor fiskal. Namun, di satu sisi, BI juga harus waspada untuk menaik-turunkan suku bunga agar tidak terjadi inflasi. Bila kembali melihat kepada tugas BI sesuai dengan UU No. 3 tahun 2004, single task BI hanyalah mengenai masalah inflasi yang diwujudkan melalui penatausahaan sistem moneter, pengawasan bank dan sistem pembayaran, jadi BI tidak bertanggung jawab untuk mengurangi tingkat pengangguran. Berbeda halnya dengan UU No. 13 tahun 1968, ketika itu BI memang memiliki tanggung jawab untuk mengentaskan pengangguran melalui penyediaan lapangan kerja yang sebesar-besarnya (maksudnya apa pada disuruh KKN untuk kerja di BI ya? Hehehe).

Setelah melihat artikel tersebut, saya lega, karena bisa memberi penjelasan kepada sepupu saya, bahwa problem bentrokan antara sektor fiskal dan moneter dalam penyediaan lapangan kerja (dan juga bisa menular kepada hal-hal lain, tidak terbatas pada penyediaan lapangan kerja semata) tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di negara superpower seperti Amerika. Tapi kelegaan saya langsung pupus, begitu dia meminta opini saya, “Jadi, menurut Mas, harusnya BI itu bertanggung jawab nggak untuk memastikan tersedianya lapangan pekerjaan melalui strategi penetapan suku bunga moneternya?”
Alih-alih salah menjawab, maka saya tawarkan opsi yang cukup negotiable dalam hal ini, “Yang penting adalah koordinasi antara pemerintah dan BI dalam setiap keputusan yang akan mereka ambil dalam penatausahaan ekonomi nasional!”
Sepupu saya manggut-manggut tanda setuju.
Sementara saya yang langsung khawatir kali-kali kalau pertanyaan dia lanjutkan, “Bukannya di negara kita itu koordinasi adalah barang langka, selangka koleksi-koleksi di Museum De Louvre Paris?” Soalnya saya udah nggak punya stok jawaban lagi kalau pertanyaannya menuju ke arah situ.
Untungnya dia tidak bertanya lebih lanjut..
Alhamdullilah deh.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar